NAMANYA Siska. Gadis tercantik di
kelasku. Memiliki ayah seorang pelancong dari kota ke kota. Laki-laki yang
menghabiskan hidupnya di jalanan. Seorang bapak yang, menurut Siska, sangat ia
sayangi. Katanya, tiap kali pulang dari bepergian, Bapak yang memiliki tato di
lengan kanan itu, selalu membawa hadiah dari perjalanan.
“Ya, tiap perjalanan selalu mesti
ada yang dikenang.”
Saat itu, Siska memberikan satu
biji coklat.
“Ini untukmu, melambangkan
persahabatan.”
“Apa persahabatan bisa dimakan?”
Siska tertawa. Saat itu siapa pun
yang melihat akan terpesona dengan gigi-gigi yang rapi di balik katup bibirnya.
“Apa maksudmu?”
Aku langsung mengambil coklat itu
dari genggaman tangannya. Kemudian melumatnya dengan penuh kenikmatan. Coklat
istimewa dari orang istimewa. Sepagi itu, sekira jam enam pagi lebih duapuluh
menit, aku sudah duduk di balkon bersamanya melihat puluhan siswa lain
berhamburan datang.
0 komentar:
Posting Komentar